video 2 tahun lalu tentang penghancuran makam2 yang dikeramatkan oleh kelompok – kelompok Sufi di kota Kismayo, Somalia yang dikuasai oleh kelompok Al Shahab. Walaupun Al Shahab dikatakan sebagai pemberontak, namun kenyataannya Al Shahab pernah memerintah Somalia selama… kurang lebih 2 tahun hingga digulingkan oleh pasukan Ethiopia yang kemudian membentuk pemerintahan boneka yang didukung oleh Uni Afrika. Bahkan hingga saat inipun Al Shahab tetap menguasai sebagian besar Somalia dan hampir separuh ibukota Mogadishu. Sedangkan pemerintahan boneka Somalia hanya menguasai setengah Mogadishu dan beberapa daerah disekitarnya.
Pejuang Islam dari harakah Al-Shabaab telah menghancurkan sebuah kuburan yang diyakini merupakan kuburan dari Sheikh Mohudin Eli, seorang ulama besar di Somalia. Jenazahnya dikuburkan di distrik Karan, utara Mogadishu.
Mujahidin Al-Shabaab selain menghancurkan kuburan Sheikh Mohidin Eli, juga menghancurkan kuburan Sheikh Ahmed Haji.
“Orang-orang melakukan pemujaan di kuburan ini. Untuk pertama kalinya kami membongkar kedua kuburan tersebut. Kami akan terus melanjutkan operasi seperti ini untuk menghancurkan kuburan yang dijadikan tempat pemujaan,” ujar salah seorang petinggi Al-Shabaab.
Di sisi lain, Sheikh Abdukadir Sheik Abukar (Somow), salah seorang petinggi kelompok “Ahlu Sunnah wal Jama’a” yang ikut memerangi Mujahidin Al-Shabaab dan bekerjasama dengan pemerintah mengutuk keras perusakan kedua kuburan tersebut. Mereka mengatakan bahwa Sheikh Mohidun eli merupakan ulama besar Somalia yang sepatutnya dihormati. Namun apakah penghormatan yang dimaksud adalah dengan melakukan pemujaan di depan kuburannya?
Source: http://arrahmah.com/index.php/news/read/7300/menjadi-pusat-kesyirikan-al-shabaab-hancurkan-kuburan#ixzz173odQFcQ
Video terbaru mengenai penghancuran makam2 keramat lainnya di Somalia silakan buka http://www.youtube.com/watch?v=gC3UmGlP4io untuk melihat video penghancuran makam keramat lainnya di Somalia
Buya Hamka Ternyata Pengikut Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah
Senin, 15 Juni 2009 16:05
Jakarta, NU Online
Siapa sangka mantan pimpinan Muhammadiyah Buya Hamka ternyata mengikuti tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah dengan berbaiat kepada Abah Anom, mursyid tarekat dari pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
Hal ini diungkapkan oleh Dr Sri Mulyati, pengajar tasawwuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada NU Online baru-baru ini.
“Ini penelitian pribadi saya ketika menyelesaikan disertasi, ada fotonya ketika berbaiat dengan Abah Anom. Cuma ada sebagian orang Muhammadiyah yang tidak percaya,” katanya.
Mantan Ketua Umum Fatayat NU ini menuturkan, Hamka sendiri pernah berujar di Pesantren Suryalaya Tasikmalaya bahwa dirinya bukanlah Hamka, tetapi “Hampa”. “Saya tahu sejarahnya, saya tahu tokoh-tokohnya, tetapi saya tidak termasuk di dalamnya, karena itu saya mau masuk. Akhirnya beliau masuk, karena mungkin haus spiritual,” tandasnya.
Hamka memang dikenal memahami dunia tarekat. Salah satu karyanya adalah Tasawwuf Modern, yang mengupas dunia tasawwuf dan penerapannya pada era modern ini.
Tokoh lain yang dikenal publik sangat rasional tetapi juga mengikuti tarekat adalah Harun Nasution. Menurut Sri Mulyati yang lulus doctor dari McGill University ini, persentuhan Harun dengan dunia tarekat dimulai ketika mengantar proses penyembuhan anaknya ke Suralaya. Ia melihat, hanya dengan sholat tahajjud saja, seseorang bisa sembuh.
“Akhirnya, sampai akhir hayatnya, beliau sangat sufi, ikut Abah Anom, padahal beliau seorang profesor yang sangat rasional,” terangnya.
Ibnu Taimiyah, yang oleh sebagian orang dipercaya anti tarekat, ternyata juga secara pribadi mengikuti tarekat.
“Dalam bukunya Syeikh Hisyam Kabbani, dia belajar dan mempraktekkan tarekat, memang tidak mengajarkan. Kayak Imam Ghozali, belajar dan mempraktekkan, meskipun bukan mursyid, setelah dia tidak puas di ilmu kalam, akhirnya belajar tasawwuf dan mengamalkan sehingga menghasilkan rekonsiliasi,” ujarnya. (mkf)